Sabtu, 09 Januari 2010

परदिगमा इस्लाम यंग komprehensip

By: jamaluddin
Ketika Nabi Muhammad Saw membawa agama Islam sebagai penutup agama-agama sebelumnya yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul, hal ini menandakan bahwa Islam dengan segala aspek ajarannya sudah cukup untuk dijadikan sebagai pedoman hidup paripurna. Pedoman yang berlaku di segala ruang dan waktu, dimana manusia hidup di dunia hingga akhir masa. Sejak Rasulullah Saw menerima dan menyampaikan wahyu terakhir hingga zaman terus berganti, Islam tetap relevan sebagai panduan yang akan menjamin kebahagiaan manusia dalam menjalani kehidupannya. Kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, spesies manusia yang semakin bertambah, serta pola kehidupan dan ilmu pengetahun yang terus berkembang; semuanya akan direspon secara proporsional oleh Islam.

Perkembangan zaman yang begitu pesat dan gelombang peradaban yang terus melaju membuat sebagian besar manusia, termasuk umat Islam, terjebak dalam berbagai problema. Karena, kemajuan peradaban fisik dan material tidak diikuti dengan pemahaman yang benar dan komprehensif tentang Islam sebagai way of life. Terutama, jika kita dihadapkan pada permasalahan ke-kini-an dan ke-disini-an, banyak orang yang merasa gamang, lalu mengambil pegangan dari sembarang sumber. Akibatnya, cengkraman gaya hidup materialistik dan sekularistik kini semakin merongrong kualitas bangsa dan menjauhkan umat dari sumber kebenaran.

Merosotnya nilai-nilai moral – dimulai dari kalangan elit dengan perilaku KKN–nya sampai kalangan bawah dengan perilaku kriminalitasnya — bisa kita rasakan dampaknya di mana-mana. Oleh karena itu, perlu bagi kita membangun kembali paradigma yang benar tentang Islam yang integral dan menyeluruh, agar umat ini tidak terjebak oleh paradigma sekuler. Betapa dahsyat penyakit umat, yang memisahkan ajaran agama dari kehidupan sehari-hari umat manusia.

Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam memiliki beberapa karakteristik yang perlu kita pahami bersama dan dijadikan sebagai landasan berpikir serta bergerak dalam kehidupan sehari-hari. Yang pertama, Islam seperti telah dijelaskan merupakan agama yang tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Islam tidak mengenal sekat-sekat geografis. Hal ini yang menjadikan Islam sebagai rahmatan li al-’alamin. Hal ini juga sekaligus menegaskan kepada kita bahwa Islam bukanlah agama untuk bangsa Arab saja, seperti yang banyak dikatakan oleh orang-orang sekuler, tapi untuk seluruh umat manusia di segala penjuru dunia.

Islam sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya juga berlaku sampai kapan pun, tak peduli di zaman teknologi secanggih apa pun. Islam tetap berfungsi sebagai pedoman hidup manusia. Setelah kita paham akan hal tersebut, maka tidak ada lagi istilah bahwa di zaman modern, ajaran-ajaran Islam sudah tidak relevan lagi.

Kedua, Islam mengatur ajaran yang integral, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dari masalah yang paling pribadi hingga kemasyarakatan dan kebangsaan. Mulai dari adab dalam melakukan kegiatan sehari-hari hingga urusan politik nasional dan internasional. Islam tidak hanya berbicara mengenai masalah ideologi saja, tetapi juga mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia di sektor ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan sektor lainnya.

Bukankah ayat terpanjang yang termaktub dalam al-Quran berisi aturan dalam bermuamalah dan perdagangan (QS Al Baqarah: 282). Islam juga tidak hanya mengatur ajaran tentang hubungan vertikal dengan Allah (hablun minallah) saja, melainkan juga mengatur hubungan kemasyarakatan antar sesama manusia (hablun minannas). Itulah sebabnya dalam rukun Islam sebagai dasar peribadatan bagi kaum muslim, selain diwajibkan shalat sebagai sarana penghambaan secara langsung kepada Allah, juga ada ibadah zakat yang berhubungan dengan kepentingan sesama manusia. Secara empiris, dampak ibadah diharapkan akan menyentuh sisi kesejahteraan masyarakat, tidak hanya peningkatan kualitas spiritual.

Yang ketiga, ajaran Islam menekankan aspek keseimbangan dalam segala hal. Seimbang dalam mengoptimalkan potensi akal, ruh dan jasad. Dalam Islam ditegaskan, seorang manusia akan mencapai sukses dalam kehidupannya, manakala bisa mengintegrasikan seluruh potensinya dengan kadar yang seimbang, baik segi intelektual, emosional, fisikal dan spiritual. Keseimbangan dalam menjalankan aktivitas dunia tanpa mengesampingkan aktivitas yang berorientasi akhirat. Ini adalah salah satu implementasi dari keimanan seseorang akan adanya hari akhir.

Setiap aktivitas yang kita jalankan hendaknya selalu didasari oleh motivasi ibadah dan keikhlasan untuk Allah Swt, agar segala yang kita lakukan tidak hanya bermakna duniawi, tetapi juga berarti bagi kehidupan akhirat kelak. Prinsip itu yang melatar-belakangi adanya doa-doa dalam setiap aktivitas kita sehari-hari, sehingga setiap kegiatan yang secara lahiriah bersifat duniawiyah pun akan bernilai ibadah di sisi Allah Swt. Tak ada yang sia-sia atau hanya berdampak jangka pendek bagi seroang Muslim. Keseimbangan juga perlu dijaga dalam hal kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat, sehingga seorang manusia tidak berkembang menjadi seorang individualis. Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda dalam haditsnya, bahwa “Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. Kontribusi sosial menjadi ukuran dari lurusnya komitmen individual kita.

Tragisnya, sejalan dengan perkembangan zaman, kaum Muslimin mengalami kemerosotan, karena tidak bisa menjaga keseimbangan dan integritas dalam menerapkan ajaran Islam yang paripurna. Dampaknya, kita mengalami dikotomi perilaku, tidak saja dalam menjalankan kegiatan rutin sehari-hari, tapi juga dalam mendidik generasi yang akan datang. Persoalan mendasar inilah yang harus kita bongkar dan harus coba kita rekonstruksi kembali, tentang pentingnya melaksanakan Islam secara komprehensif dan seimbang. Hanya dengan paradigma baru dan komitmen yang kuat, kita akan mampu menghadapi tantangan zaman yang begitu besar dan penuh dengan jebakan, semisal sekularisme, hedonisme dan liberalisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar